Rumah Ingatan: Rumah yang tak pernah Kosong
Membaca puisi seperti menyeberangi sebuah jembatan gantung yang begitu panjang pada ketinggian yang lumayan tinggi. Sang pembaca akan dipenuhi perasaan yang berbeda, mulai dari ragu, khawatir, cemas, deg-degan, bahkan membawa sang pembaca pada puncak...
Kesaksian Sore
Aku menulis tentang anggur
Pada sebuah angin sore
Dibawanya pada kursi kosong
Yang tengah meringkuk dingin
Dan kedinginan
Di seberang jalan,
Aku melihatmu menggenggam kenangan
Mengelus dan membuangnya
Pada botol yang kau lempar jauh
Terbawa rindu yang tak lagi peduli
Pada racau bibirmu yang...
Perihal Januari
Ia mendatangimu pada pagi yang biasa
Membawa aroma embun
Menggenggam bias matahari
Di bawah dingin angin
Kau bersenda dengan rindu
Dan daun-daun kering
Yang menunggu musim tiba
Dan kamu memungutnya
Pada pagi itu
Antara hujan dan kemarau
Menjadi pertemuan pagi dan siang
Dan Januari yang...
Perempuan yang Bermain Biola (2)
Diella Senja
Baiklah, aku memutuskan untuk pergi ke Bandung. Demi mewujudkan rasa dan perasaan penasaranku pada sebuah pertemuan yang semua orang anggap hanya khayalan. Khayalan tentang seorang perempuan yang tengah bermain biola di suatu kafe...
Di Kota Tua
Ada yang tengah duduk
Meminjam matahari yang karam
Dan mereguk gelisah
Ada yang tengah merajuk
Pada angin yang silam
Menyeduhnya menjadi pilu
Aku dan kamu
Memilin sore
Menuai senja yang bisu
Mereka melihat rindu
Yang rebah dan tabah
Di antara pukat matamu
Di kota itu
Jendela memaksa...
Mengekalkan Tradisi Lewat Lebaran
Lebaran adalah suatu momen yang di dalamnya terdapat bagian-bagian momen yang memiliki arti dan tradisi sendiri di berbagai tempat dan daerah. Pada momen itu selalu dijadikan sebagai momen berbagi dengan segala kesungguhan berbagi, baik...
Perempuan Penjual Kenangan
Kampung itu tiba-tiba geger oleh sebuah peristiwa pada suatu pagi yang begitu damai. Seorang gadis yang tak seorang pun tak mengenalnya tiba-tiba hilang setelah malam bersekutu dengan ringkih burung di pohon jati tepi sungai....
Pertemuan Pagi
Antara tubuh yang linglung
Dan embun yang nanar
Matahari hanya sisa risau
Yang berbekas di kasur tidurmu
Ia merasa lapuk
Sebab biasnya telah kau ambil
Di jendela
Matahari mengintip matamu
Menyaksikan embun yang tergopoh
Mencari hangatnya pagi
Di antara kelu bibirmu
Di langit
Matahari menjadi Ibu
Bagi...
Reuni Kata pada Ulang Tahun Komunitas Ranggon Sastra
Pada sore kemarin (Rabu, 22/03/17) saya teringat sebuah puisi karya maestro sastra Indonesia, W.S. Rendra, salah satu lariknya berbunyi seperti ini, “Apa yang bisa dilakukan oleh penyair bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan?”...
Musyawarah Kata dalam “Magma”
Bagi sebagian orang puisi menjadi sebuah lorong panjang yang tak berujung. Liuk, lekuk, dan kelok kata yang berjajar seakan jembatan terjal yang sulit diseberangi. Sedang larik dan bait seakan sungai panjang yang tak bertepi....