Aku yang lahir
Dari debu yang risau
Mengembara pada musim entah
Bertemu beberapa rasa
Yang menjadi kemarau
Di tepi dadaku
Di bawah lereng bisu
Aku berjalan
Tanpa tapak yang meronta
Sebab aku adalah lumpur
Yang berserakan
Di antara terjalnya gunung
Aku kembali lahir
Dari rahim hujan
Yang menjadi gerimis
Dan berdenyar
Di bawah pukat rindu
Beberapa rasa
Aku ubah menjadi musim
Antara pekat
Dan teriknya waktu
Akupun lahir
Dari bibir embun
Yang kuresapi dalam doa
Ia adalah dedaunan rapuh
Dan menjadi semadiku
Dalam lara dan ria
Di wajahnya
Aku bergeliat
Menjadi runtuhan rindu
Dan gumpalan air mata
Di bibirnya
Aku adalah lagu
Yang kerap Ia lagukan
Di pematang sawah
Yang penuh senyum
Di dadanya
Aku adalah detak
Yang selalu lahir
Menjadi karang yang tegar
Aku adalah rindu
Yang selala Ia tembangkan
Di antara rerumputan
Yang selalu disirami
Dengan siluet senyumnya
Jakarta, 141214